Jumat, 28 April 2017

Pendekatan Fenomenologi

         Pendekatan Fenomenologi
Secara etomologis, asal kata fenomenologi (Inggris: Phenomenology) berasal dari bahasa Yunani phainomenon dan logosPhainomenon berarti tampak dan phainen berarti memperlihatkan. Sedangkan logos berarti kata, ucapan, rasio, pertimbangan. Dengan demikian, fenomenologi secara umum dapat diartikan sebagai kajian terhadap fenomena atau apa-apa yang nampak, atau ilmu tentang gejala-gejala yang menampakkan diri pada kesadaran. 
Husserl menyebut tugas utama fenomenologi adalah menjalin keterkaitan antara manusia dengan realitas. Keterkaitan ini mendorong manusia untuk mempelajari fenomena-fenomena yang ada dengan pengalaman langsung dengan realitas tersebut. Sehingga pengalaman tersebut akan memberikan sebuah penafsiran, yaitu esesnsi dari realitas tersebut. Husserl menggunakan istilah fenomenologi untuk menunjukkan apa yang nampak dalam kesadaran dengan membiarkannya termanifestasi apa adanya tanpa memasukkan kategori-kategi yang sudah ada dalam pikiran. Husserl menyebutnya dengan istllah “kembalilah pada realitas itu sendiri”.

Dengan kata lain fenomenologi tidak membiarkan kita untuk mencampur fenomena dengan apa yang ada dalam pikiran kita, dan membiarkan fenomena tersebut berjalan apa adanya. Karena pikiran hanya bersifat teoritis yang terikat oleh pengalaman indrawi yang bersifat relatif subjektif sedangkan fenomena adalah realitas yang bersifat objektif.